Kamis, 12 Juli 2007

TINGGI GELOMBANG LAUT MENCAPAI 3-6 METER PADA 11-13 JULI

Pontianak, 12/7 (ANTARA) - Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok mengeluarkan "Peringatan Dini" mengenai tingginya gelombang laut di wilayah Indonesia yang mencapai 3-6 meter pada 11-13 Juli, sehingga nelayan pengguna kapal-kapal kecil hendaknya dapat berhati-hati saat melaut.

Prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, A Hartono, Kamis, menyatakan tingginya gelombang laut itu juga dapat dirasakan para nelayan Kalimantan Barat, terutama yang mencari ikan di sekitar Laut Jawa. "Ketinggian gelombang laut Jawa, diperkirakan mencapai 3 meter. Meski hanya terkena imbas, namun tingginya gelombang dapat mengancam keselamatan nelayan pengguna kapal kecil," jelasnya.

"Peringatan Dini" yang dikeluarkan BMG Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, menyebut wilayah laut berpeluang gelombang setinggi 3-6 meter pada 12 Juli, meliputi Perairan Barat dan Barat Laut Aceh, Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu dan Lampung, Laut Sawu, Perairan Selatan Rote, Laut Timor, Laut Banda, Laut Buru, Laut Seram, Laut Maluku, Perairan Selatan Maluku, Perairan Kepulauan Kai dan Tanimbar, Perairan Selatan Fakfak, Laut Aru, Laut Arafuru, Samudera Pasifik, Utara Irian, Perairan Merauke, dan Teluk Carpentaria. Dengan arah angin rata-rata dari tenggara ke barat daya dengan kecepatan 28-46 km/jam.

Wilayah yang berpeluang tinggi gelombang 3-6 meter pada 13 Juli, meliputi Perairan Barat dan Barat Laut Aceh, Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu dan Lampung, Samudera Hindia Barat Daya Jawa Barat. Perairan Selatan Rote, Laut Timor, Laut Banda, Laut Buru, Laut Seram, Perairan Selatan Maluku, Perairan Kepulauan Kai dan Tanimbar, Laut Aru, Laut Arafuru dan Teluk Carpentaria. Arah angin rata-rata dari tenggara menuju barat daya dengan kecepatan 28-46 km/jam.

Hartono menyatakan saat ini terjadi pergeseran musim. Namun pergeseran musim itu masih dinilai normal. Biasanya musim kemarau berlangsung sejak Juni hingga Agustus. Namun saat ini baru muncul monsun (yang menyebabkan musim) tenggara yang sifatnya kering dari Australia, sehingga diperkirakan kemarau baru akan terjadi di Kalbar pada Juli ini.

"Kita sendiri dapat merasakan hujan deras masih turun di Kalbar pada Juni lalu. Padahal biasanya pada bulan itu sudah musim kemarau. Ternyata musim kemarau baru muncul bulan Juli," jelasnya.

Berdasarkan Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, prakiraan cuaca untuk pelayaran rakyat di Kalbar pada Kamis-Sabtu (12-14/7), di wilayah Perairan Natuna, kecepatan angin berkisar 4-17 knot, tinggi gelombang 0,8 meter-2,6 meter, dengan jarak pandang 4-16 kilometer.

Untuk wilayah Perairan Pontianak, kecepatan angin 3-15 knot, tinggi gelombang 0,5-1,9 meter dengan jarak pandang 3-15 kilometer. Wilayah perairan Sambas dengan kecepatan angin 3-12 knot, tinggi gelombang 0,4-1,4 meter, jarak pandang 4-16 kilometer.

Wilayah Perairan Ketapang dengan kecepatan angin 4-16 knot, tinggi gelombang 0,5-1,9 meter dengan jarak pandang 4-18 kilometer. Wilayah perairan Karimata dengan kecepatan angin 6-19 knot, tinggi gelombang 0,8-2,9 meter, dan jarak pandang 4-18 kilometer.

Sedangkan wilayah perairan Laut Jawa, kecepatan angin mencapai 5-20 knot, tinggi gelombang 1,4-3,4 meter dan jarak pandang 4-17 kilometer.

Berkaitan dengan "menyambut" kemarau 2007, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalbar, mencatat hasil pemantauan satelit NOAA-16, adanya titik panas pada sejumlah kabupaten di daerah tersebut.

Titik panas atau hotspot yang terlihat pada 29 Juni lalu ada di Kabupaten Bengkayang 2 titik dan Sambas 1 titik. Kemudian pada 2 Juli di Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 4 titik, pada 3 Juli di Kabupaten Sanggau dua titik, pada 5 Juli di Sambas 2 titik dan Kapuas Hulu 4 titik, dan pada 8 Juli di Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 3 titik.

Tidak ada komentar: